Seperti telah diprediksi sebelumnya tingkat konsumsi mayarakat yang tinggi selama Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri memberikan pengaruh utama pada tingginya angka inflasi di Kota Tasikmalaya.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan BI Priangan Timur Bapak Wahyu Purnama pada acara Launching Pasar Murah Rakyat dan Program CiLoK (Cintai uang Logam Ku) pada Rabu siang 8 Juni 2016 di lapangan eks Gedung DPRD Kab.Tasikmalaya belakang Tugu Adipura Kota Tasikmalaya. Masih menurut Bapak Wahyu Purnama bahwa angka inflasi di Kota Tasikmalaya mencapai angka 4,11 % menjadikannya yang tertinggi di Jawa Barat. Salah satu pemicu tingginya inflasi adalah kenaikan harga barang terutama sembako dan olahannya. Selain itu ada trend baru konsumsi yang cukup tinggi di Kota Tasikmalaya yaitu berupa jus buah-buahan. Dari pantauan di beberapa penjual jus buah-buahan, harganya mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari beberapa tahun sebelumnya.
Untuk mengatasi beberapa hal tersebut, Kantor BI Priangan Timur bekerjasama dengan Pemkot Tasikmalaya, Perum Bulog Sub Divre Ciamis Kota Tasikmalaya, dan beberapa pengusaha di Kota Tasikmalaya menyelenggarakan Pasar Murah Rakyat yang menyediakan beberapa kebutuhan pokok masyarakat seperti beras, minyak goreng, daging sapi,telur ayam,terigu, kecap manis, gula pasir,cabe merah, bawang merah, dan tomat. Dalam pasar murah rakyat tersebut Perum Bulog menyediakan daging sapi beku dengan harga Rp.80.000,- /Kg. Harga tersebut dipatok sesuai dengan instruksi Bapak Presiden RI mengenai harga daging sapi. Sedangkan untuk beras kualitas menengah dijual dengan harga Rp.7.900,-/Kg, serta ketersediaan minyak goreng dan gula pasir yang harganya di bawah harga pasaran saat ini.
Kegiatan pasar murah rakyat tersebut akan dilaksanakan hingga tanggal 14 Juni 2016. Selanjutnya pasar murah rakyat ini akan berpindah ke Lapangan Karangsembung Kec.Cibeureum Kota Tasikmalaya dari tanggal 20 – 26 Juni 2016.
Pasar murah rakyat ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen terutama yang berada pada golongan ekonomi menengah ke bawah. Jangan sampai setiap memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mereka tidak berdaya menghadapi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang seolah-olah menjadi kebiasan rutin naik dengan sendirinya walaupun tidak ada hambatan dari sisi produksi dan distribusi barang.